Hamutaro
JellyPages.com

Cari Blog Ini

Halaman

Selasa, 23 April 2013




Tumbuhan Brotowali
Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhanSalmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).
Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Sistematika Tumbuhan Brotowali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledo
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora crispa(L.)MIERS.

Pemanfaatan Tumbuhan Brotowali :
§   Bagian Yang Dipakai : Batang.
§   Kegunaan :
1. Rheumatic arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar.
2. Demam, merangsang nafsu makan, demam kuning.
3. Kencing manis.
§   Pemakaian : 10 - 15 gr , rebus , minum.
§   Pemakaian Luar : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.
§   CARA PEMAKAIAN :
1. Rheumatik :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.
3. Demam :
2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas. Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x  1/2 gelas.
4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari ± 6 cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari. Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.





Tumbuhan Brotowali
Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhanSalmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).
Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Sistematika Tumbuhan Brotowali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledo
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora crispa(L.)MIERS.

Pemanfaatan Tumbuhan Brotowali :
§   Bagian Yang Dipakai : Batang.
§   Kegunaan :
1. Rheumatic arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar.
2. Demam, merangsang nafsu makan, demam kuning.
3. Kencing manis.
§   Pemakaian : 10 - 15 gr , rebus , minum.
§   Pemakaian Luar : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.
§   CARA PEMAKAIAN :
1. Rheumatik :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.
3. Demam :
2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas. Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x  1/2 gelas.
4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari ± 6 cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari. Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.





Tumbuhan Brotowali
Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhanSalmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).
Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Sistematika Tumbuhan Brotowali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledo
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora crispa(L.)MIERS.

Pemanfaatan Tumbuhan Brotowali :
§   Bagian Yang Dipakai : Batang.
§   Kegunaan :
1. Rheumatic arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar.
2. Demam, merangsang nafsu makan, demam kuning.
3. Kencing manis.
§   Pemakaian : 10 - 15 gr , rebus , minum.
§   Pemakaian Luar : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.
§   CARA PEMAKAIAN :
1. Rheumatik :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.
3. Demam :
2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas. Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x  1/2 gelas.
4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari ± 6 cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari. Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.





Tumbuhan Brotowali
Brotowali yang dikenal sebagai tanaman obat ini berasal dari Asia Tenggara. Wilayah penyebarannya di Asia Tenggara cukup luas, meliputi wilayah Cina, Semenanjung Melayu, Filipina, dan Indonesia. Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) merupakan tanaman merambat dan tumbuh dengan baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti andawali Sunda), antawali (Bali dan Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel (Jawa). Di daerah lain, brotowali dikenal dengan nama putrawali atau daun gedel. Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam bahasa Cina dikienal dengan nama sen jinteng. Rendaman batang brotowali dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhanSalmonella typhi, hal ini disebabkan pada batangan brotowali mengandung senyawa berberin yang secara farmakologi dapat bermamfaat sebagai obat diare. Karena mempunyai sifat analgenik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa sakit dan sifat antipiretikum yang berkhasiat dalam menurunkan panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk mengobati sakit perut (diare) dan demam.
Brotowali mengandung senyawa kimia yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit, yaitu sakit perut, diare, demam, dan sakit kuning. Senyawa kimia ini terdapat di seluruh bagian mulai dari akar, batang sampai daun, dalam senyawa kimia yang terkandung dalam batang brotowali tersebut tercatat ada berbagai efek farmakologi yang menjadi faktor penyebab berkhasiatnya batang brotowali (Kresnady, 2003 : 3).
Morfologi Tumbuhan Brotowali
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Sistematika Tumbuhan Brotowali
Dalam dunia ilmiah,brotowali diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledo
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora crispa(L.)MIERS.

Pemanfaatan Tumbuhan Brotowali :
§   Bagian Yang Dipakai : Batang.
§   Kegunaan :
1. Rheumatic arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar.
2. Demam, merangsang nafsu makan, demam kuning.
3. Kencing manis.
§   Pemakaian : 10 - 15 gr , rebus , minum.
§   Pemakaian Luar : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.
§   CARA PEMAKAIAN :
1. Rheumatik :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.
3. Demam :
2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1 gelas. Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x  1/2 gelas.
4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4 jari ± 6 cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan, sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x perhari. Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.


Seledri






Klasifikasi
Divisi                  : Spermatophyta
Subdivisi               : Angiospermae
Kelas                   : Dicotyledonae
Ordo                   : Apiales
Family                 : Apiaceae
Genus                  : Apium
Spesies                : Apium graveolens L
Habitat               : Eropa Selatan
Kandungan kimia      : Seluruh herba seledri mengandung glikosida apiin(glikosida flavon), isoquersetin, dan umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite, asparagines, glutamine, choline, linamarose, pro vitamin A. vitamin C, dan B.

Kegunaan dan Khasiat       : Secara tradisional tanaman seledri digunakan sebagai pemacu enzim pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan penurun tekanan darah. Disamping itu seledri dapat mengurangi rasa sakit pada rematik dan gout, juga dikenakan sebagai anti kejang. Selebihnya daun dan batang seledri digunakan sebagai sayur dan lalap untuk penyedap masakan.
Bau : merangsang khas seledri.

Temu Kunci


             

Klasifikasi

Kingdom        : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom     : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas           : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas       : Commelinidae
Ordo           : Zingiberales
Famili           : Zingiberaceae
Genus          : Boesenbergia
Spesies         : Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlect

Nama Tumbuhan

Nama ilmiah            : Boesenbergia pandurata
Sinonim        : Gastrochilus pandurata (Roxb) Schult. ; Kaempferiae pandurata
                                  (Roxb); Boesenbergiae rotunda
Nama umum/dagang    : Temu kunci
Nama lokal                  : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci (Minangkabau), konce (Madura), kunci (Jawa Tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makassar), Tumu kunci (Ambon), Anipa Wakang (Hila-Alfuru), Aruhu konci (Haruku), Sun (Buru), Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing             : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinene key (Cina)




Deskripsi Morfologi
Rimpang temu kunci banyak dipakai untuk obat-obatan / ramuan tradisional. Ada juga sebagai bumbu masak, misalnya sayur bening. Selain itu, pelepah dan batang semu yang masih muda dapat dimakan mentah sebagai lalap/direbus untuk dijadikan sayuran. Rimpang biasanya tumbuh di bawah permukaan tanah secara mendatar dan beruas, sedikit keras, bersisik tipis, dan berbau harum. Anakan rimpang menggerombol kecil di sebelah rimpang induk, menyerupai rangkaian anak kunci. Kandungan kimia yang ada dalam tanaman ini adalah minyak atsiri (terdiri dari kamfer, sineol, metil sinamat, dan hidromirsen), damar, pati, saponin, flavonoid pinostrolerin, dan alipinetin. Karena khasiatnya cukup banyak, temu kunci mudah dipasarkan. Diantara khasiatnya untuk pengobatan memberantas cacing gelang, sukar kencing/ perut kembung, menyembuhkan sariawan, batuk kering, obat kurap. Selain itu temu kunci juga berfungsi untuk obat pencahar & perangsang keluarnya air seni. Selain bersifat analgetik (mengurangi rasa sakit), temu kunci juga berguna untuk mengobati radang indung telur.
Habitat dan penyebaran
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Hasil Penelitian
Secara umum, masyarakat Indonesia menggunakan rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) sebagai bumbu masak, sebagai peluruh dahak, untuk mengatasi flatulensi, penambah nafsu makan, untuk menyembuhkan sariawan, dan pemacu keluarnya air susu ibu (ASI). Dari suatu hasil penelitian, diketahui bahwa ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton memiliki aktivitas antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan (Plantus, 2008). Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki aktivitas analgetik, abortivum, resorpsi, dan penghambatan perkembangan janin tikus. Trakoontivakorn et al. (2001) menyatakan bahwa ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pad Trp-P-1 pada uji Amest. Enam kandungan zat aktif yang menunjukkan antimutagenik ini adalah khalkon, cardamonin, pinocembrin, pinostrobin, 4-hidroksipanduratin, dan panduratin A. IC50 masing-masing zat tersebut adalah 5,2 m M, 5,9 m M, 6,9 m M, 5,3 m M, 12,7 m M, dan 12,1. Keenam kandungan dari temu kunci ini menunjukkan penghambatan induksi mutagenesis yang mirip. Kesemuanya merupakan inhibitor kuat N-hidroksilasi dari Trp-P-2. Mekanisme kerja dari zat-zat aktif ini yaitu menghambat aktivasi pertama dari amin heterosiklik.
Dari penelitian-penelitian di atas dapat diketahui bahwa di dalam rimpang temu kunci terdapat zat aktif yang berpotensi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan agen antiangiogenesis yang dimungkinkan karena kemampuan menekan ekspresi enzim siklooksigenase-2 (COX-2) yang bermanfaat dalam pencegahan atau terapi kanker (Trakoontivakorn et al., 2001). Yun et al. (2006) telah membuktikan bahwa panduratin A yang merupakan derivat dari kalkon juga mempunyai berbagai efek biologis, seperti antiinflamasi, analgetik, dan antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa panduratin A memiliki efek antiinflamasi pada sel RAW 264.7. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Panduratin A berpotensi sebagai antikanker dengan mekanisme aksi menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon HT29.
http://jamu.biologi.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2011/12/F1.small_1.gif
Gambar 2. Panduratin A.
Panduratin A sebagai Agen Pencegah Tumorigenesis
Target pencegahan tumorigenesis adalah pada tahap inisiasi sel normal oleh senyawa karsinogenik. Agen kemopreventif yang memiliki aktivitas sebagai pencegah tumorigenesis memiliki kemampuan dalam penghambatan transformasi senyawa prokarsinogen menjadi karsinogen, detoksifikasi senyawa karsinogen, atau peredaman radikal bebas (antioksidan) (Surh, 1999).
Beberapa khasiat temu kunci menurut Prof Hembing Wijaykusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat: Rempah, Rimpang, dan Umbi, adalah sebagai obat sariawan, masuk angin, perut kembung, sukar buang air kecil, gatal-gatal, keputihan, panas dalam, tuberkulosis, dan lain-lain.
Mengatasi sariawan
Temu kunci segar secukupnya dibersihkan lalu dikunyah-kunyah dan ditelan. Selain itu, temu kunci digabung dengan buah pinang dikunyah-kunyah lalu dibuang.
Obat masuk angin
15 gram temu kunci, 1 sendok teh adas, dan 2 jari pulasari, dihaluskan lalu digosokkan pada bagian perut, lakukan 1 sampai 2 kali sehari. Mengatasi perut kembung, 5 gram temu kunci, daun temu kunci secukupnya, ditumbuk hingga halus lalu ditempelkan pada perut sebagai tapal.
Sukar buang air kecil
Temu kunci, adas, dan pulasari dihaluskan lalu dijadikan tapal atau bedak tebal yang ditempelkan pada perut. Mengatasi gatal-gatl, 10 gram temu kunci, 5 gram temu lawak, 15 gram kunyit, dan 15 gram daun ketepeng cina kering dihaluskan lalu dibalurkan pada bagian tubuh yang sakit.
Obat keputihan
10 gram temu kunci, 5 gram kunyit, 5 gram temulawak, dan 15 gram sambiloto kering, direbus dengan 1.000 cc air hingga tersisa 400 cc. Lalu disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc, lakukan dua kali sehari.
Obat panas dalam
10 gram temu kunci yang dipotong-potong, 25 gram daun kumis kucing segar, dan 20 gram daun sosor bebek segar, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc. Ramuan disaring dan diminum airnya sebanyak 200 cc, lakukan dua kali sehari. Mengatasi tuberkulosis, 15 gram temu kunci dan 4 gram biji pinang dihaluskan lalu ditambahkan 200 cc air masak, kemudian disaring dan diminum airnya.
Sebagai peluruh kentut
Dibuat sediaan “juice” yang terdiri dari 3 jari rimpang; diminum untuk dosis tunggal
dibuat “tapal” dari sejumlah rimpang dan ditempelkan pada perut
dibuat infusa / diminum yang terdiri dari 25 gram serbuk rimpang kering dengan 100 ml air mendidih, didiamkan sampai keadaan hangat; setelah disaring, diminum sebagai dosis tunggal.
Penambah nafsu makan
Dibuat diminum (infusa) yang terdiri dari 3 buah rimpang dan 110 ml air; atau diseduh, diminum 1 kali sehari 100 ml, Lakukan selama 14 hari.
Pemacu keluarnya air susu ibu (ASI)
20 gram rimpang temu kunci, dipotong kecil-kecil, direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit; kemudian ditambah 1/4 sendok teh garam dapur, setelah dingin disaring dan diminum sekaligus.
Penambah stamina
Campurkan empat rimpang temu kunci seukuran jari dengan 500 gr temu lawak. Setelah ditumbuk, dicampur air, lalu peras. Agar tidak terlalu hambar, air perasannya dapat ditambah sedikit madu, diminum segelas sehari.
Kurap
Bahan: temu kunci secukupnya.
Cara membuat: bahan dicuci bersih. Tambahkan belerang dan sedikit air kelapa muda ke dalam bahan. Giling semua bahan menjadi seperti adonan.
Cara menggunakan: balurkan ramuan pada tubuh yang sakit.
Batu empedu
Bahan: 10 gr temu kunci, 30 gr daun sendok, 30 lembar daun kumis kucing, 30 gr daun sambiloto segar, 30gr rambut jagung, 15 gr meniran, dan akar alang-alang secukupnya.
Cara membuat: bahan dicuci bersih lalu rebus bahan dalam 1,5 liter air hingga tersisa 600 cc. Saring ramuan.
Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari, masing-masing 200 cc.
Sari rapet (mengecilkan vagina)
Bahan: 25 gr temu kunci, 25 gr kencur, 10 lembar daun sirih, 1 buah pinang, 5 gr lempuyang wangi.
Cara membuat: bahan dicuci bersih lalu tumbuk semua bahan dan tambahkan adas pulosari dan giling kembali hingga halus.
Cara menggunakan: balurkan ramuan pada perut.
Efek samping
Hasil penelitian, ekstrak kunci memberikan efek antimikroba yang merugikan tubuh, terutama jenis Bacillus sp, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Aspergillus niger.Untuk konsumsi harian sebaiknya dalam setiap ramuan tidak lebih dari 30 gram temu kunci. Konsumsi temu kunci berlebih (di atas 50 gram perhari selama seminggu berturut-turut), bisa memicu terjadinya kemandulan pada wanita.


Rabu, 17 April 2013

Belimbing Wuluh



Nama Simplisia           :   Averrhoae Blimbi Fructus
Nama Daerah             : Caleneng, Limeng Ungket, Bohlimeng, Selemeng, Asom, Belimbing,      Balimingan, Malimbi, Balimbieng, Belimbing Asam, Balimbing, Calingcing, Balingbing, Blimbing Wuluh, Bhalimbing Bulu, Blingbing Buloh, Limbi, Balimbeng, Libi, Belerang, Belimbing Tunjuk, Bainang.
Famili                      : Oxalidaceae
Habitat                    :  Maluku, Indonesia, Filipina, Srilangka, Myanmar, dan Malaysia
Habit                      :  Belimbing wuluh ditanam ditanah yang gembur dan subur. Waktu penanaman  belimbing wuluh tepat pada permulaan musim hujan. Bibit belimbing wuluh diperoleh dengan cara mencangkok, menempel atau mengokulasi. Bibit-bibit belimbing wuluh harus ditanam dalam lubang berukuran 1x1 meter yang berkedalaman setengah meter. Pada waktu menggali lubang, lapisan tanah yang tadinya terletak dibagian atas harus ditumpuk di suatu tempat tersendiri sedangkan lapisan tanah yang terletak dibawahnya ditumpuk di tempat lain yang tersendiri pula, kemudian biarkan semua berangin-angin begitu saja selama 3 minggu, tambahkan air dan tanaman bibit jangan terlalu dalam.
Penggunaan               : Anti radang, peluru dahak, anti piretik, diuretika, anti hipertensi, mengatasi  sariawan, gondongan, mengatasi jerawat dan panu, melancarkan pencernaan, mengatasi penyakit rematik, diabetes, sakit gigi.
Keterangan               : Pohon kecil, tinggi mencapai 10 meter dengan batang yang tidak terlalu besar dan bergaris tengah sekitar 30 cm. Batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arah condong ke atas, cabang muda berambut halus seperti beledu dan berwana coklat muda. Daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, berwarna hijau, permukaan bawah hijau muda, perbungaan majemuk, tersusun dalam malai, berkelompok keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang berwarna ungu kemerahan. Buah berupa buni, bentuk bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 cm berwarna hijau kekuningan, berair banyak jika masak rasa asam. Bentuk biji bulat telur.
Warna buah muda               : Hijau tua
Warna buah masak              : Hijau muda kekuning-kuningan
Rasa                             : Asam